Error
  • The template for this display is not available. Please contact a Site administrator.

Generasi Emas, Pahlawan Moderasi

Oleh : Cantika Susanti

Pelajar yang cerdas dan berprestasi yang tentunya pasti tahu dengan apakah itu Bnhineka Tunggal Ika, yang pastinya akan di jawab oleh pelajar milenial dengan jawaban " Berbeda-beda tetapi tetap satu jiwa’. itu bukanlah jawaban yang salah tetapi sebagai pelajar milenial yang tau sangat mendalam tetang sosial media wajib tau arti arti mendalam di dalam semboyan bangsa tercitan kita BHINNEKA TUNGGAL IKA. kita para pelajar milenial harus berpikir kritis.

Lalu apakah moderasi yang dimaksud ? moderasi yang dimaksud adalah mengenai moderasi beragama.

Tentunya banyak yang bertanya apa sih moderasi beragama itu ?, Apa fungsinya?.

Pertama Moderasi beragama, menurut kementrian agama, moderasi beragama adalah cara beragama jalan tengah yang moderat. dengan moderasi beragama seseorang tidak ekstream dalam menjalai ajaran agama nya. intinya atau singkatnya moderasi beragama adalah cara menjalankan agama yang dianut dengan tidak berlebih berlebih lebihan.

UU NO 5 TAHUN 2017, TENTANG PEMAJUAN KEBUDAYAAN

PASAL 29 AYAT 2 UUD 1945

Setelah membaca uu dan pasal diatas dan setelah membaca apa itu moderasi beragama, tentunya para milenial memiliki pertanyaan

' Apakah Pentingnya Moderasi beragama?

' Apa Contoh dari Moderasi beragama ?

' Lalu apa hubungannya dengan UU dan pasal diatas ?

' seberapa pentingkahk moderasi beragama?

Untuk Mengetahui jawaban dari semua pertanyaan diatas marilah kita berliterasi terlebih dahulu,

Pertanyaan Pertama " seberapa penting moderasi beragama ? " . Moderasi beragama tentulah sangat penting dan dibutuhkan di kehidupan berbangnsa bernegara, moderasi beragama sangat lah perlu untuk di tanamkan dan diajarkan pada setiap Pelajar, karena dengan ditanamkannya moderasi beragama pelajar atau kaum milenial, supaya dalam kehidupannya bisa saling menghargai dan menghormati baik dilingkungan sekolah, maupun saat berada dilingkungan masyarakat.

Setelah membahas seberapa Pentingnya Moderasi, marilah kita melanjutkan literasi, dengan menjawab pertanyaan " Apakah contoh moderasi beragama, dan apa itu beragama yang exstrem itu ?. Baiklah, Contoh dari Moderasi beragama sendiri mudah kita tentulah dan tentunya mudah untuk diaplikasikan, Seperti, Menghargai Teman, Tetangga yang berbeda agama, tidak menjelek-jelekan agama yang satu dengan agama yang lain, tidak mengganggu saat ada agama lain yang melakukan ibadah atau upacara keagamaan, dan tentunya banyak lagi. Tapi kita juga tidak boleh lemah iman dalam menjalankan agama yang kita anut, tetapi kita harus mempertebal keimanan kita agar kita tidak melangkah menuju jalan yang salah dan akhirnya mengikuti gaya beragama yang ekstream.

Setelah membehas mengenai moderasi beragama mari kita lanjutkan pembahasan mengenai Apa hubungan moderasi beragama dengan UU NO 5 TAHUN 2017, TENTANG PEMAJUAN KEBUDAYAAN dan PASAL 29 AYAT 2 UUD 1945, mari kita bahas, pertama mengenai PASAL 29 AYAT 2 UUD 1945, isi dari pasal 29 ayat 2 mengatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing”. Setelah mengetahui isi dari pasal 29 ayat 2 uud 1945, mengenai kebebasan dalam menganut agama oleh masyarakat Indonesia yang tentunya akan menghadirkan keberagaman bagi bangsa Indonesia, keberagaman tersebut terdiri dari keberagaman agama,suku,ras,adat dan budaya. Dimana tercermin dari kata indah BHINNEKA TUNGGAL IKA yaitu berdeda-beda tetapi tetap satu jua.

Lalu mengapa UU ini penting adanya untuk masa depan bangsa dan juga apa hubungan UU ini dengan moderasi beragama, saat kita telusuri lebh dalam dimana dalam pembentukan UU ini berasaskan toleransi dan keberagaman. Dua poin tersebut patut kita garis bawahi yaitu toleransi dan keberagaman.

Toleransi kata yang seringa tau familiar ditelinga kita dan popular diucapkan oleh kita sendiri maupun oleh orang di Lingkungan sekitar kita, tetapi kata toleransi juga merupakan kata yang dimana sering diacuhkan. Kata yang popular ini harusnya dapat kita tanggapi dengan mengaplikasikannya dengan baik, karena saat kita bisa mengapliksikan kata ini menjadi sebuah aksi nyata maka kita sebagai milenial akan menjadi pelopor keharmonisan Negri ini, keharmonisan antara agama maupun keharmonisan antara suku, adat, dan budaya. Dengan toleransi juga kita para pelajar milenial dapat mengimplementasikan arti bhineka tunggal ika dengan baik.

Mari kita kulik mengenai BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang tadi sudah sedikit kita bahas apa arti dari semboyan bangsa tercinta kita itu, yitu berbeda-beda tetapi tetap satu jua, lebih mendalam dapat kita telusuri yaitu dalam kalimat tersebut bermakna, meskipun kita berbeda suku, berbeda ras, berbeda warna kulit, berbeda agama, berbeda budaya, dan berbeda adat istiadat tapi kita merupakan satu kesatuan, kita merupakan bangsa yang satu, dibawah satu tempat berteduh yaitu rindangnya daun pohon beringin, kita bangsa yang bertuhan atau beragama, kita juga bangsa yang bersatu yang ikatan kita sekuat rantai besi yang terlalu sulit untuk dipecah belah, kita merupakan bangsa yang hidup dengan memakan satu bahan pokok yaitu padi dengan memakai baju dengan berbahan kapas, kita adalah satu bangsa satu tanah air yang bersemboyan bhinneka tunggal ika, dan dengan berlandaskan Pancasila.

Kita Pelajar milenial atau kita juga sering disebut atau diharapkan dengan panggilan generasi emas negri, karena 10 tahun kedepan kita yang mempunyai peran besar dan pemimpin dinegri ini, sebagai generasi emas bangsa ini kita harus dan wajib memahami dan mengerti serta mengimplementasikan moderasi beragama dalam kehidupan kita dan dalam menjalankan juga memimpin negara yang berbhinneka tunggal ika ini.

Sebagai generasi emas bangsa ini, kita harus mulai menerapkan moderasi beragama, pertama-tama darimanakah kita memulai mengaplikasikan moderasi beragama untuk menerapkan arti bhinneka tunggal ika, pertama-tama kita harus mencintai dan memami agama yang kita anut dan kita Imani,untuk memulai mengaplikasikan moderasi beragama, itulah merupakan cara memulai moderasi beragama yang baik, selanjutnya menjaga diri dan mawas diri dengan berita hoax, juga menjaga diri dari hal-hal yang melenceng dari ajaran agama atau membentengi diri dari cara-cara beragama yang ekstream, seperti melakukan terorisme, mengirimkan ujaran kebencian, selanjutnya kita harus menghargai diri kita, lingkungan kita, teman-teman kita, dan penting juga menghargai agama dan ibadah yang kita jalankan maupun orang lain dengan agama yang berbeda atau berlainan dari kita juga harus kita hargai. Selanjutnya kita harus menghormati seseorang maupun golongan masyarakat yang berbeda suku,ras,warna kulit, agama, dan budaya ataupun adat istiadat, saat kita bisa melakukan hal-hal tersebut kita dapat menumbuhkan kehidupan bermoderasi dalam diri kita maupun diri orang lain.

Membahas mengenai generasi emas, pastinya saat ini kita sedang beruvoria dengan emas yang didapatkan pahlawan olahraga kita, saat ini social media pun terpenuhi dengan rasa suka cita emas Indonesia, yang tentunya dengan emas yang didapat ganda putri Indonesia yaitu Greysia Polii dan Apriyani Rahayu dalam gelaran olimpiade Tokyo 2020 membuat masyarakat Indonesia Kembali Bersatu, Tetapi dibelakang semua itu jika kita memperluas dan menelusuri terdapat hal yang unik dan menarik yang berhuungan dengan hal yang sedang kita bahas Bersama, yaitu mengenai moderasi beragama. Dari segi agama yang dimiliki atau dianut oleh Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, serta coach Eng Hian, saat dilihat lebih dalam akan membuat kiat takjub, mulai dari Greysia Polii yang beragama Kristen, lalu pasangannya yaitu Apriyani Rahayu beragama islam dan coach Eng Hian beragama buddha, dilihat dengan pikiran terbuka dengan perbedaan yang dimiliki dapat menghasilkan satu kesatuan yang kuat, dengan perbedaan dan saling menghargai kita dapat menjadi Bangsa yang Berbhinneka Tunggal Ika.

Sulsel punya Rumah adat Tongkonan

NTB punya Rumah Dalan Loka

Moderasi beragama mari kita terapkan

agar terwujud semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA

 

Profile Penulis :

Nama : Cantika Susanti
Kelas : XI Social
Angkatan: 12 / 2020-2021

Belajar Bersama Hornbill House: Bertaut dalam Keluarga, Menjunjung Inklusivitas

Oleh Chintya Maulini

Tidak mengindahkan peluh yang membersamai, sekumpulan siswa berpakaian kuning‒warna khas keluarga Hornbill kompak mempersiapkan Leadership Camp pada minggu mendatang. Tidak pula menggubris asal daerah dan berbagai perbedaan diantaranya, semua bertaut sebagai satu keluarga. “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.” Ayat tak asing Nelson Mandela tertanam kuat dalam jiwa Salsabila‒siswi rantauan asal pelosok Ogan Ilir, melanjutkan pendidikan bertaraf internasional di sekolah insiatif Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Meninggalkan keluarga tercinta untuk menjalani kehidupan berasrama di SMAN Sumatera Selatan, menuai banyak cerita dan pelajaran berharga. “Sekolahku, Rumah keduaku,” lanjutnya dengan senyuman terukir indah.

Bak sekolah di Hogwarts, penerapan house system turut melengkapi perjalanan para perantau muda Sumatera Selatan yang bersekolah di sana. Terdapat 9 Keluarga (houses) dengan masing-masing karakter dan moto keluarga yang berbeda, lengkap dari yang bersahaja hingga kompleks‒ada yang berwujudkan Fly High untuk Eagle House, Enjoy aja untuk Lion House, Talk More Do More untuk MantaRay House, No Complain Do the Best untuk Shark House, hingga We Lead our Team to Reach our Dream untuk Hornbill House. Namun ibaratkan pelangi, perbedaan warna 'kan membuatnya berpadu dengan indah nan istimewa.

"Kalau ditanya tentang rindu keluarga, sudah pasti dirasa. Tetapi, ‘When I'm away from my family, I'm here for reason. I’m strong, I can be, whatever I want to be. Among my new family, living in academy,’ sebagaimana lagu I Can Make it Happen di sekolah kita yang selalu membuatku terus berjuang meraih mimpi untuk mengukir senyum Ibu Bapak di desa. Kita semua seperti keluarga, bak rumah yang sangat nyaman untuk mengembangkan potensi dan berkomunikasi. Jika di Ogan Ilir bertetangga dan bersapa bersama orang Komering, Palembang Asli, bahkan orang Jawa sekalipun ... di asrama, kita dapat belajar berbahasa daerah dan berbagi cerita mengenai keberagaman budaya daerah," tutur Salsa sambil memperlihatkan potret house gathering bersama Hornbill House dan orang tua asuhnya. Keberagaman ini pula menciptakan anugrah dan kesempatan luar biasa, "Belum lagi pada berkah tahun ajaran baru, banyak teman membawa makanan khas daerah dan memperkenalkannya kepada kita semua! Aku juga belajar kekhasan adat daerah dari teman-teman di asrama."

Pembelajaran di lingkungan sekolah juga sama asyiknya! Penggunaan media yang interaktif dan komunikatif, serta implementasi Moving Class system yang telah dilengkapi smartboard turut menstimulasi motivasi belajar siswa. Namun, di tengah derasnya arus digitalisasi, penyebaran hoaks yang massif dan penyalahgunaan media digital di tengah masyarakat luas menyebabkan gubahan dan kinerja generasi penerus estafet negeri ini kian tenggelam dalam publikasi liar yang belum terkendali dengan baik. Saban hari 2021 yang masih berdampingan dengan pandemi, berbagai media pula mengabarkan sebuah angka yang mendukung kecemasan populasi, fokus pendidikan pula menunjukan mirisnya siswa yang terdampak lack of motivation. Arkian, disparitas media informasi turut menjadi balada. Mereka, anak muda di pedesaan dan daerah terpencil masih teruk mengais kabar—seperti menurut siswa anggota Hornbill House asal Muara Dua, Prabumulih timur, menyatakan bahwa penyampaian informasi masih bergantung pada koran, masjid, dan penyampaian lisan dari representatif masyarakat yang berkeliling, sementara akses internet lainnya masih cukup terbatas.

Sebagai halnya anak muda yang merupakan pengguna media sosial dan akses internet, di sinilah mereka sekaligus berperan sebagai Agent of Change yang dapat menggalakkan budaya baca dan menolak disinformasi yang beredar, tentunya dengan dapat berkolaborasi bersama pihak pemerintah dan organisasi wadah anak daerah di sekitar. Hatta, diharapkan kolaborasi ini dapat menjadi support system sekaligus wadah yang dapat mendongkrak semangat Kebhinekaan dan memaksimalkan peran anak muda dalam menghadapi era globalisasi dewasa ini. Upaya pengembangan pendidikan generasi muda, khususnya pada lingkup literasi media baru, penguatan karakter, serta inklusivitas perlu diaplikasikan secara merata, baik dalam penerapan inkulkasi maupun secara langsung. Dikutip dari buku best seller MY CLOUD karya Chintya Maulini, salah satu anggota Hornbill House, “Setiap anak pantas mendapatkan dan meraih mimpi setinggi apapun yang ia inginkan, meski anak tersebut berasal dari daerah terpencil sekalipun,” menyiratkan pesan dan keyakinan bahwa pendidikan dan aspek lainnya seyogyanya dapat diakses secara merata, tanpa membandingkan latar belakang yang berbeda-beda.

“Kesadaran, evaluasi, dan pengembangan adalah beberapa langkah yang dapat diintegrasikan dalam rangka memprogres sesuatu, tetapi perlunya rasa saling menghargai dalam sebuah tim adalah langkah untuk menjadikannya solid dan berpadu.” Sama pentingnya dalam memahami keberagaman, bukan sebagai suatu keterbatasan, tetapi potensi besar yang dapat menjadi sebuah keajaiban. Perbedaan bukanlah rintangan, pandemi juga bukan menjadi penghalang, tentu dengan kebersamaan dan bersatu untuk Indonesia berkemajuan.

 

Profile Penulis :
Nama lengkap: Chintya Maulini
Kelas: XII Science 3
Angkatan: 11 / 2019-2020

Chintya Maulini Photo

Student Clubs

Student Clubs

bc

cc 

dc

ec

fc

kirc

mc

nc

pmrc

rc

sc    

Students

Siswa/i di SMAN Sumatera Selatan berasal dari Kabupaten/Kota yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Siswa/i tersebut diseleksi secara ketat berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang paling utama adalah siswa harus memiliki prestasi yang menonjol baik secara akademik maupun non-akademik.

Student Organizations 2020 - 2021

Student Organizations